Burung paruh bengkok secara ilmiah
dikelompokkan ke dalam bangsa (ordo) Psittaciformes dan hanya memiliki
suku (famili) tunggal, yaitu Psittacidae yang dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai parrot. Suku ini dibagi 3 anak suku berdasarkan
morfologi dan kebiasaan makannya, yakni burang kakatua (Cacatuiinae),
nuri (Loriinae), dan betet (Psittaciinae). Di seluruh dunia tercatat ada
328 jenis burang parah bengkok, sementara di Indonesia sendiri terdapat
76 jenis (23,17%) dan 14 jenis (18,42%) di antaranya merupakan burung
yang dilindungi.
A. KlasifikasiMenurut Gruson (1976) klasifikasi burung paruh bengkok adalah sebagai berikut.
* Filum: Chordata
* Anak filum: Vertebrata
* Kelas: Aves
* Bangsa: Psittaciformes
* Suku: Psittacidae
* Anak suku: – Cacatudinae
Marga:
- Cacatua
- Probosciger
* Jenis:
- Cacatua galerita
- Cacatua sulphurea
- Cacatua moluccensis
- Cacatua alba
- Cacatua goffini
- Probosciger aterrimus
* Anak suku: Loriinae
* Marga:
- Lorius
- Trichoglossus
- Eos
- Psittrichas
* Jenis:
- Lorius lory
- L. domicellus
- Trichoglossus ornatus
- Eos histrio
- Psittrichas fulgidus
* Anak suku: Psittaiinae
* Marga:
- Eclectus
- Tanygnathus
- Loriculus
* Jenis:
- Edectus roratus
- Tanygnathus sumatranus
- Loriculus exilis
- L. catamene
* Anak filum: Vertebrata
* Kelas: Aves
* Bangsa: Psittaciformes
* Suku: Psittacidae
* Anak suku: – Cacatudinae
Marga:
- Cacatua
- Probosciger
* Jenis:
- Cacatua galerita
- Cacatua sulphurea
- Cacatua moluccensis
- Cacatua alba
- Cacatua goffini
- Probosciger aterrimus
* Anak suku: Loriinae
* Marga:
- Lorius
- Trichoglossus
- Eos
- Psittrichas
* Jenis:
- Lorius lory
- L. domicellus
- Trichoglossus ornatus
- Eos histrio
- Psittrichas fulgidus
* Anak suku: Psittaiinae
* Marga:
- Eclectus
- Tanygnathus
- Loriculus
* Jenis:
- Edectus roratus
- Tanygnathus sumatranus
- Loriculus exilis
- L. catamene
Anggota burung paruh bengkok banyak
digemari orang karena mempunyai berbagai keistimewaan, seperti mudah
dijinakkan dan akrab dengan manusia, mampu menirukan suara, mempunyai
bulu yang indah, mengundang kelucuan, serta relatif mudah untuk berbiak.
Dengan keistimewaannya tersebut
menjadikan masyarakat sangat tertarik untuk memelihara dan merawatnya.
Oleh karenanya, berbagai seluk-beluk burung ini, seperti morfologi,
penangkaran, pakan, serta kesehatannya layak untuk diketahui dan dipahami.
Disebut burung paruh bengkok karena
memang bentuk paruhnya bengkok. Berbeda dengan paruh burung pemangsa,
seperti elang, rajawali, dan burung hantu yang bersifat perobek, burang
paruh bengkok mempunyai paruh yang bersifat masif (padat dan kompak).
Paruh bagian atas dan bagian bawah berbentuk bengkok menyerupai alat
catut.
Dengan bentuk demikian, paruh ini bersifat penghancur (pemecah) biji-bijian besar dan kecil yang keras sekali pun.
Burung paruh bengkok ini dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok berdasarkan bentuk lidah, cara makan, keberadaan bulu
di kepala (jambul) yang dapat ditegakkan (ereksi), serta warna bulunya.
Kelompok tersebut adalah kakatua, nuri, dan betet.
B. Kelompok Kakatua
Ciri khas dari burang kelompok kakatua
adalah adanya bulu jambul yang dapat ditegakkan. Ciri lainnya terdapat
pada bentuk lidah dan cara makannya. Lidah kakatua berbentuk kubus yang
permukaannya halus. Pakannya berupa biji-bijian dengan kulit yang keras
maupun lunak.
Cara makannya dengan memecahkan kulit
biji tersebut menggunakan paruhnya yang kuat kemudian mengambil isinya
dengan bantuan lidahnya. Kakatua dikenal mempunyai struktur dan bentuk
paruh yang paling kuat dan kokoh di antara kelompok paruh bengkok. Warna
bulu tubuhnya hanya putih, merah muda, dan hitam.
Daerah asal kakatua terbatas di daerah
Indonesia Timur, yaitu Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Papua
Nugini, Kepulauan Pasifik, dan Australia juga termasuk daerah asal
kelompok burang ini.
Beberapa jenis kakatua yang dilindungi
adalah kakatua koki, kakatua raja, kakatua-kecil jambul-kuning, kakatua
tanimbar, dan kakatua maluku.
1. Kakatua raja (Probosciger aterrimus)
Kakatua raja mudah dibedakan dengan jenis
lain dari bulu tubuh dan jambulnya yang berwarna hitam serta “pipi”
berwarna merah tua.
a. Deskripsi dan penyebaran
Jenis kakatua ini mempunyai ukuran tubuh
antara 55—70 cm. Bulu tubuh dan jambulnya berwarna hitam dengan “pipi”
berwarna merah tua.
Penyebarannya meliputi daerah sekitar Papua dan Australia.
b. Anakjenis
Jenis ini mempunyai 3 ras atau anak jenis, yaitu goliath, stenolophus, dan aterrimus.
- P. a. goliath. Di antara ke-3 anak jenis kakatua raja, P. a. goliath mempunyai ukuran tubuh yang paling besar, yaitu antara 60—70 cm. Penyebarannya di Papua yang meliputi daerah sekitar Papua bagian barat, daerah kepala burung, dan P. Waigeo.
- P. a. aterrimus. Ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan P. a. goliath, yaitu berkisar 55—60 cm. Penyebarannya meliputi daerah Papua bagian selatan, P. Aru, sampai Australia bagian utara.
- P. a. stenolophus. Ukuran tubuhnya hampir sama dengan anak jenis goliath, tetapi lebar bulu jambulnya lebih sempit. Penyebarannya berada di sekitar Papua bagian utara dan P. Yapen.
c. Status populasi
Anak jenis goliath dan stenolophus
masing-masing diperkirakan berjumlah 20.000 ekor. Sementara kondisi
aterrimus hampir langka karena populasinya diperldrakan hanya 10.000
ekor saja. Sementara yang dipelihara ex situ (penangkaran) di
seluruh dunia diperkirakan sekitar 350 ekor. Burang ini dilindungi sejak
tahun 1970 melalui SK Menteri Pertanian No. 42/Kpts/Um/1970 dan
dipertegas dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
2. Kakatua tanimbar (Cacatua goffini)
Disebut kakatua tanimbar karena burung ini hanya terdapat di P. Tanimbar, Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Panjang tubuh kakatua tanimbar sekitar 32
cm. Bulu dan jambul-nya berwarna putih. Demikian juga kelopak matanya
berwarna putih kebiruan dan lore (bulu di atas paruh) berwarna merah
muda. Penyebarannya hanya terdapat (endemik) di P. Tanimbar (Maluku) dan
sekitarnya, yaitu P. Yamdena, Larat, dan Selara.
b. Status populasi
Populasi kakatua tanimbar di alam
diperkirakan lebih dari 200.000 ekor. Pengikisan populasi diakibatkan
oleh deforestasi dan penangkapan, baik untuk diperdagangkan maupun
dianggap sebagai hama perkebunan jagung. Jenis kakatua ini dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
3. Kakatua koki atau kakatua-besarjambul-kuning (Cacatua gallerita)
Ukuran tubuh yang relatif besar dan adanya jambul yang berwarna kuning menjadi ciri khas dari jenis kakatua ini.
a. Deskripsi dan penyebaran
Ukuran tubuh jenis kakatua ini berkisar
30—52 cm. Bulu tubuhnya berwarna putih dengan jambul berwama kuning.
Warna kuning juga terdapat di bawah sayap dan ekor. Lingkaran mata
berwarna biru pucat atau putih, tergantung ras kakatuanya. Jeritannya
sangat keras melengking. Penyebarannya meliputi daerah Kepulauan Maluku,
Papua.
b. Anakjenis
Jenis ini mempunyai 4 ras (anak jenis).
Namun, kakatua yang penyebarannya berada di wilayah Indonesia hanya 2
anak jenis, yaitu kakatua koki medium (C. g. eleonoralC. g. aruensis) dan kakatua koki besar (C. g. triton)
1) Kakatua koki medium atau kakatua-mediumjambul-kuning (C. g. eleonoralC. g. aruensis)
Penyebaran kakatua ini meliputi daerah
sekitar P. Aru dan P. Kai. Kakatua koki medium sering disebut kakatua
jambul kuning ukuran medium atau sedang. Ukuran sayapnya antara
26,1—29,2 cm dan merupakan ras yang terkecil. Ciri khas lain dari
kakatua ini adalah kelopak matanya berwarna biru sangat pucat.
2) Kakatua koki besar atau kakatua-besarjambul-kuning (C.g. triton)
Penyebaran kakatua koki besar meliputi
daerah di sekitar P. Papua. Kakatua ini sering disebut kakatua koki
besar karena tubuhnya lebih besar dari pada C. g. eleonora. Panjang
sayapnya antara 26,1—34,7 cm. Kelopak matanya berwarna biru muda. Dua
anak jenis lain yang terdapat di Australia, yaitu C. g. galerita yang penyebarannya di sekitar Australia dan C.g.fitzroyi yang penyebarannya di sekitar Australia bagian utara.
b. Status populasi
Di alam, populasi kakatua koki
menunjukkan angka yang stabil dan relatif aman, yakni tercatat sekitar
500.000 ekor. Di Indonesia, pengikisan populasi kakatua koki terjadi
karena perusakan habitat yang berupa hutan dataran tinggi (sampai
sekitar 1.000 m dpl), pembunuhan karena dianggap hama pengganggu tanaman
jagung, serta ditangkap secara liar dan semena-mena untuk
diperdagangkan sebagai hewan kesayangan.
Sebagai upaya pelestariannya, kakatua
koki ditetapkan sebagai burung yang dilindungi sejak tahun 1978 melalui
SK Menteri Pertanian No. 742/Kpts/Um/12/1978 dan dipertegas lagi dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Burung ini, terutama ras
ukuran besar (C.g.triton), mempunyai kemampuan untuk menirukan
suara-suara di sekelilingnya (burung pelatah) serta mempunyai perilaku
yang lucu dan jinak terhadap manusia.
4. Kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea)
Jenis kakatua ini berasal dari Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur.
a. Deskripsi
Panjang tubuh berkisar antara 33—35 cm.
b. Anak jenis
Jenis kakatua ini mempunyai 4 anak jenis (subspesieslras) yang ciri-cirinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Keempat anak jenis tersebut adalah sebagai berikut.
- Kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea sulphurea). Ras ini dijumpai di P. Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti Mina, Butung, Tanah Jampea, Kayuadi, Kaleo, Kalatoa, Madi, dan Kep. Tukangbesi.
- Kakatua putih kecil jambul jingga (C. s. titrinocristatd), dijumpai di P. Sumba.
- Kakatua kecil abbot (C. s. abboti) yang dijumpai di p. Masalembo dan P. Masakambing.
- Kakatua timor (C. s. parvula): dijumpai di Nusa Tenggara, seperti di P. Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Padar, Flores, Pantar, Alor, Semau dan Timor.
c. Status populasi
Di seluruh dunia, burung kakatua jenis ini diperkirakan ada 40.000 ekor, meliputi in situ dan ex situ. Sementara setiap anak jenis raempunyai tingkat kelangkaan yang berbeda. Untuk anak jenis sulphurea populasi terbanyak yang masih dapat bertahan terdapat di P. Buton, yakni 50—100 ekor pada sensus tahun 1997.
Anak jenis parvula tersebar di
di beberapa pulau di Nusa Tenggara, di antaranya yang mempunyai populasi
terbanyak dilaporkan di P. Komodo sebanyak 85—90 ekor (sensus 1995) dan
di P. Moyo diperkirakan ada 1.600 ekor (sensus 1981).
Anak jenis citrinocristata diperkirakan
antara 1.150—2.644 ekor (analisa tahun 1995) yang telah mengalami
penurunan populasi terparah pada tahun 1986—1989, yakni mencapai 80%.
Anak jenis yang paling langka, yaitu abboti yang
saat ini hanya tersisa 5 ekor saja di P. Masakambing (sensus tahun
1997). Kecenderungan kelangkaan ini terutama disebabkan oleh penangkapan
untuk diperdagangkan dan juga karena perasakan liabitat alaminya.
Berdasarkan catatan menunjukkan bahwa
perdagangan ekspor jenis kakatua-kecil jambul-kuning mencapai sekitar
100.000 ekor pada tahun 1980—1992. Sementara di habitat yang beragam
mulai dari daerah perkebunan, tepi hutan sampai luitan dengan ketinggian
800 m dpl terus mengalami pi’ngikisan.
Jenis kakatua ini dilindungi berdasarkan
Peraturan Pemerintah Kl No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Salwa Liar.
5. Kakatua maluku (Cacatua moluccensis)Sesuai namanya, burung ini berasal dari pulau rempah, yaitu Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Panjang tubuh kakatua maluku antara 40—50
cm. Bulu dan jambulnya berwarna merah muda. Kelopak matanya putih.
Paruhnya berwama hitam. Gerakannya lambat. Penyebarannya meliputi P.
Seram, Saparua, dan Haruku yang terdapat di Maluku.
b. Status populasi
Kakatua maluku hidup di dataran rendah
antara 100—1.200 m dpl di daerah hutan primer dataran rendah.
Populasinya terus menurun dan saat ini jumlahnya diperkirakan tinggal
sekitar 8.000 ekor saja. Salah satu sebab penurunan populasi karena
perdagangan yang pernah mencapai 5.000 ekor per tahun pada 1981—1985.
Kini jenis ini menjadi rentan dan dimasukkan ke dalam apendiks ICITES.
Jenis ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun
1999.
C. Kelompok Nuri
Ciri khas burang nuri adalah bentuk lidah
dan cara makannya. Lidah nuri mempunyai permukaan yang mirip dengan
sikat. Dengan bentuk permukaan yang demikian maka cara makannya adalah
dengan menjilat. Jenis pakannya berupa buah-buahan, madu, dan tepung
sari bunga (nektar). Warna bulu pada nuri sangat beraneka ragam.
Penyebarannya terdapat di daerah Indonesia bagian Timur, Papua Nugini,
Kepulauan Pasifik, dan Australia.
1. Kasturi kepala-hitam atau nuri-merah kepala-hitam (Lorius lory)
Salah satu hal yang menjadi daya tarik jenis nuri ini adalah
kepandaiannya berbicara dan berwarna indah sehingga banyak dicari orang.
a. Deskripsi dan penyebaran
Kasturi atau lebih dikenal dengan sebutan
nuri mempunyai bentuk ekor yang melebar. Dada bagian atas dan kepala
berwarna merah. Bagian mahkota kepala berwarna hitam. Bagian kepala
bawah dan mantel berwarna ungu tua yang berlanjut sampai dada sehingga
berbentuk seperti kalung. Paha dan bagian bawah ekor berwarna biru
turkis. Daerah pinggang berwarna merah dan ekor bagian atas berwarna
biru turkis. Sayap bagian atas berwarna bijau dan sayap bagian bawah
berwarna merah. Berat tubuh antara 200—240 g dan panjang tubuhnya
sekitar 31 cm.
Penyebaran jenis nuri ini meliputi daerah kepala burang Papua dan sekitarnya, seperti P. Batanta, Salawati, dan Misool.
b. Anak jenis
Kasturi kepala-hitam mempunyai 7 anak jenis, yaitu L. l. lory, L .1. erythrothorccc, L. l. somu, L. l. salvadorii, L .1. viridicrissalis, L. Ljobiensis, dan L. l. cyanauchen.
- L l. lory. Ciri yang nyata pada anak jenis L. l. lory ini adalah warna biru pada daerah tengkuk dan melebar ke arah punggung sampai ke bagian dada, perut, serta tungging. Pada sayap bagian bawah mulai dari pangkal sayap sampai ke bagian ujung berwarna merah, kuning, dan hitam. Pada burang yang belum dewasa, mantel ungu di tengkuk belum menyatu dengan daerah perutnya. Penyebarannya meliputi bagian kepala burang Papua dan Papua llnral.
- L. l. erythrothorax (red-breasted lory). Ciri yang mudah dilihat dari L.l erythrothorax adalah mantelnya borwarna ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher. Pada bagian punggung, dada, dan tungging terdapat warna biru yang terpisah satu saina lain. Pada sayap bagian bawah mempunyai warna yang mirip donganL. l. lory. Penyebarannya meliputi Papua bagian selatan yang meluas ke arah Papua Nugini (di utara sampai Semenanjung Onin dan di sclatan sampai Semenanjung Huon).
- L. l. somu (nuri somu). Ciri pada anak jenis ini adalah tiadanya mantel ungu di tengkuk. l’enyebarannya meliputi P. Papua bagian tengah.dan daerah bagian selatan PapuaNugini.
- L.l. salvadorii (nuri salvadori). Ras nuri ini mirip dengan L. l. erythrothorca, tetapi warna ungunya lebih dominan dibanding hitam. Warna ungu ini meluas sampai daerah bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Aitape sampai Teluk Astrolabe.
- L. l. viridicrissalis. Anak jenis viridicrissalis mirip dengan anak jenis salvadorii, tetapi warna daerah dadanya lebih dominan hitam serta meluas sampai bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Teluk Humboldt sampai Sungai Memberamo.
- 6) L. l.jobisiensi (nuri jobi). Ciri nuri jobi hampir mirip dengan L. l. salvadorii, tetapi warna merah di dada dan ungu di bagian mantelnya lebih pucat. Penyebarannya meliputi P. Yapen dan Mios Num di Teluk Geelvink.
- 7) L. l. cyanauchen (nuri biak). Ciri khas nuri biak adalah warna biru pada bagian tengkuknya bersatu dengan warna hitam di mahkotanya. Mantel ungu ini melingkar tidak penuh. Pada bagian punggung terdapat pula warna biru yang melebar ke bagian dada teras ke arah tungging. Pada sayap bagian bawah terdapat warna biru, kuning, dan hitam yang tersusun dari pangkal sampai ke ujung sayap. Penyebarannya hanya terdapat di P. Biak di Teluk Geelvink.
c. Status populasi
Burung ini tersebar luas di P. Papua dan
sekitarnya, teratama di daerah dataran rendah. Populasinya diperkirakan
lebih dari 100.000 ekor. Jenis nuri ini dilindungi sejak tahun 1970
melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/1970. Warna
utamanya merah dengan bagian kepalanya berwarna hitam. Pada bagian leher
terdapat kalung berwarna biru keunguan. Sayapnya berwarna hijau.
2. Perkici dora atau nuri ornet (Trichoglossus ornatus)
Jenis nuri ini sangat menarik karena warna-warni bulunya terlihat seperti pelangi.
a. Deskripsi dan penyebaran
Secara sepintas, nuri ornet sangat mirip dengan nuri pelangi (T. haematodus). Perbedaannya,
pada bagian pipi nuri ornet berwarna merah, sedangkan nuri pelangi
berwarna biru tua atau hitam. Panjang tubuh sekitar 25 cm dan berat
tubuh antara 110—130 g. Penyebarannya meliputi P. Sulawesi dan
sekitarnya.
b. Status populasi
Habitat alaminya berupa hutan pegunungan
sampai ketinggian 1.000 m dpl, tetapi tidak menyukai hutan yang lebat.
Populasi di alam diperkirakan lebih dari 50.000 ekor. Burung ini
dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/12/1979 dan
dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah PJ No. 7 Tahun 1999.
3. Nuri kabare atau kasturi raja (Psittrichas fulgidus)
Ciri khas nuri kabare adalah bentuk parahnya seperti elang sehingga sering disebut nuri elang.
a. Deskripsi clan penyebaran
Bulu tubuhnya dominan berwarna merah dan
hitam. Panjang tubuhnya 46 cm. Burung ini mempunyai ukuran tubuh yang
terbesar di antara kelompok nuri. Perbedaan morfologi antara burung
jantan dan betina, terletak pada “sejumput” bulu berwarna merah di
belakang mata pada burang jantan, sedangkan pada burung betina tidak
dijumpai.
Habitat alaminya berapa hutan dataran tinggi Papua yang terletak pada ketinggian 100—1.800 m dpl dengan luas sekitar km2.
b. Status populasi
Populasi di alam diperkirakan berjumlah
di atas 10.000 ekor dan cenderung terus menurun akibat tekanan
eksploitasi. Jenis ini mempunyai status dilindungi sejaktahun 1978
melalui SK Mentan No. 742/Kpts/Um/12/1978 dan dipertegas dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
4. Kasturi tengkuk-biru atau nuri merah kepala biru maluku (Lorius domicella)
Jenis nuri ini hanya dapat ditemukan di Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Warna tubuh nuri jenis ini pada umumnya merah tua. Pada bagian leher
terdapat “kalung” kuning. Bagian mahkota kepala berwarna hitam agak
violet. Sayapnya hijau. Mata dan paruhnya merah oranye. Panjang tubuh
antara 28—29 cm. Berat antara 200—250 g. Kasturi tengkuk-biru maluku
serupa dengan nuri punggung-kuning (L. chlorocercus), tetapi dapat dibedakan dengan “kalung” warna kuningnya lebih sempit serta warna ungu pada bagian mahkota kepala belakangnya.
Penyebarannya meliputi daerah P. Seram. Dahulu pernah tercatat dijumpai juga di P. Ambon dan P. Buru.
b. Status populasi
Habitat nuri merah kepala biru maluku berapa hutan primer pada ketinggian 500—1.000 m dpl. Namun, dewasa ini habitat Lorius domicella sudah
merambah sampai perkebunan pepaya dan pisang. Populasi nuri ini semakin
terancam kepunahan akibat deforestasi dan penangkapan yang membabi
buta. Pada tahun 1991, populasinya diperkirakan sekitar 20.000 ekor.
Saat ini populasinya diperkirakan mengalami sedikit kenaikan.
Nuri ini masuk dalam daftar jenis burung
yang dilindungi sejak tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 327/Kpts/Um/i972 dan diperkuat dengan Lampiran Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 1999.
5. Nuri talaud (Eos histrio)
Pada sidang CITES tahun 1994 di Florida, nuri talaud dikate-gorikan dalam Apendiks I.
a. Deskripsi dan penyebaran
Warna dominan nuri talaud adalah merah dan biru. Ciri utamanya adalah
biru pada bagian dada dan mantel (sayap) yang memanjang sampai sekitar
mata serta melebar sampai bagian belakang kepala. Bulu bagian skapula
(pangkal sayap dekat daerah punggung), paha, dan bulu terbangnya
berwarna hitam, parah berwarna kuning kemerahan, dan iris mata berwarna
cokelat kehitaman. Panjang tubuhnya antara 30—31 cm dan berat tubuhnya
antara 150—190 g. Ciri pembeda adalah warna biru yang melebar di bagian
dada dan di belakang kepala.
b. Anak jenis
Terdapat 3 anak jenis nuri talaud sebagai berikut:
- E.h.histrio terdapat di Kepulauan Sangihe.
- E. h. talautensis terdapat di pulau-pulau di Kepulauan Talaud.
- E.h. challengeri terdapat P. Miangas dan di Kepulauan Nanusa.
Perbedaan morfologi ketiga anak jenis tersebut tidaklah terlalu jelas. Anak jenis E. h. histrio agak lebih besar dibanding E. h. talaut-ensis. Selain itu, pada E. h. histrio mempunyai lebih banyak warna hitam di bagian sayap dan garis biru yang lebih besar di bagian dada. Pada anak jenis E. h. challengeri memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua anak jenis lainnya serta warna birunya tidak terlalu banyak.
c. Status populasi
Populasi di alam sudah sangat jarang
yaitu antara 5.000—10.000 ekor saja yang cenderang terus menuran.
Habitat aslinya berapa hutan dengan luas hanya meliputi 1.000 km dan
terletak pada ketinggian antara 0—500 m. Ancaman serius terhadap
populasinya adalah eksploitasi. Oleh karenanya, dalam sidang CITES di
Florida pada tahun 1994 menempatkan nuri talaud dalam kategori Apendic
I.
Sementara di Indonesia termasuk di dalam
daftar jenis burang yang dilindungi sejak tahun 1979 melalui
undang-undang No. 757/Kpts/Um/12/1979 kemudian diperjelas lagi dengan
eraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999.
D. Kelompok Betet
Betet mempunyai bentuk lidah dan cara
makan yang serupa dengan kakatua. Bentuk dan struktur lidah betet tidak
sekuat dan sekokoh lidah kakatua, tetapi lebih kuat dibanding nuri.
Selain itu, yang membedakan kelompok betet dengan kakatua adalah tidak
adanya bulu jambul yang dapat ditegakkan di kepalanya.
Warna bulunya tidak sekaya nuri, tetapi
umumnya terbatas pada warna hijau dan merrah saja. Penyebaran anak
kelompok betet ini adalah yang terluas di antara bangsa paruh bengkok.
Anggota kelompok ini dapat dijumpai di
Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, dan sekitar Kepulauan Pasifik.
Beberapa jenis burung anggota kelompok betet di antaranya nuri bayan,
betet-kelapa punggung-biru, serindit paruh-merah, dan serindit sangihe.
1. Nuri bayan atau bayan (Eclectus roratus)Jenis kelamin nuri bayan dibedakan berdasarkan warna pada bulu tubuhnya.
a. Deskripsi
Burung ini berukuran 35 cm. Terdapat
perbedaan morfologi yang mencolok antara burung jantan dan betina. Pada
burung jantan, warna dominannya hijau dengan sedikit bercak merah pada
bagian sayap sebelah dalam. Sementara pada burung betina warna utamanya
merah dengan atau tanpa bercak ungu pada bagian dada serta kuning pada
bagian ujung ekornya.
b. Anakjenis
Nuri bayan mempunyai 7 anak jenis yang 2
anak jenis di anlaranya tidak terdapat di wilayah Indonesia. Dua anak
jenis yang tidak terdapat di Indonesia, yaitu nuri bayan Australia (£. r. magillivrayi) yang terdapat di Semenanjung York, Australia dan nuri bayan solomon (E. r. solomonensis) yang terdapat di P. Solomon.
Sementara 5 anak jenis yang terdapat di Indonesia, yaitu nuri bayan maluku selatan (E. r, roratus), nuri bayan maluku utara (E. r. vosmaeri), nuri bayan sumba (E. r. cornelia), nuri bayan tanimbar (E. r. ricdeli), dan nuri bayan papua (E. r. polychloros).
Ke-5 anak jenis ini dapat dibedakan berdasarkan warna pada burung betina.
- Nuri bayan maluku selatan. Pada betina ditandai dengan warna ungu yang menutup seluruh bagian dada dan perutnya. Sementara pada burung jantan terdapat bercak merah pada bagian dada, hitam pada ekor bagian dalam, dan kuning muda pada ujung ekor bagian dalam. Anak jenis ini terdapat di daerah Kepulauan Maluku bagian selatan, yakni di P. Buru, Seram, Ambon, Saparua, dan Haruku.
- Nuri bayan maluku utara. Burung betina hampir mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E. r. roratus), tetapi warna kuning selain pada ujung ekor bagian dalam juga terdapat pada tunggir. Anak jenis ini terdapat di daerah Maluku Utara.
- Nuri bayan sumba. Burung betina mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E. r. roratus), tetapi tidak dijumpai kalung ungu di daerah dada dan perutnya. Pada burang jantan disertai dengan warna merah. Penyebaran anak jenis ini hanya terdapat di P. Sumba.
- Nuri bayan tanimbar. Burung betina mirip dengan nuri bayan sumba (E. r. riecfe/i), tetapi warna kuning selain pada ujung ekor bagian dalam juga terdapat pada tunggirnya. Selain itu, pada bagian punggungnya berwarna kelabu. Penyebaran anak jenis ini hanya terdapat di P. Tanimbar.
- Nuri bayan papua. Burung betina mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E .r. roratus), tetapi tanpa warna kuning di ujung ekornya. Pada malanya terdapat lingkaran berwarna biru. Anak jenis ini terdapat di Pulau Papua (Papua dan Papua Nugini).
c. Status populasi
Populasi nuri bayan di dunia diperkirakan
di atas 300.000 ekor. Di alam, habitat burung ini cukup beragam dari
hutan sampai daerah Niivana, mangrove, perkebunan kelapa, dan
hutan kayu putih di ketinggian sampai 1.900 m dpl. Namun, paling umum
dijumpai di hutan dataran rendah, pesisir, dan perkebunan. Nuri bayan
dijumpai hidup sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil.
Nuri bayan mulai dilindungi sejak tahun
1972 melalui SK Menteri Pertanian No.327/Kpts/Um/7/1972, dan dipertegas
lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Sementara
anakjenis yang cukup kritis populasinya adalah nuri bayan sumba.
2. Serindit paruh-merah atau serindit sulawesi (Loriculus exilis)
Jenis burung ini termasuk burung yang mungil karena hanya berukuran sekitar 10 cm.
a. Deskripsi dan penyebaran
Jenis nuri ini berukuran kecil sekitar 10
cm. Kebiasaan yang menarik dari burang ini adalah selalu beristirahat
dengan bergantungan pada kawat atau ranting pohon, dengan posisi kaki di
atas dan kepala di bawah. Warna dominan adalah hijau dengan punggung
berwarna merah.
Pada jantan, daerah tenggorokan berwarna
merah. Sementara pada betina, warna merah ini akan mengecil atau hilang
sama sekali. Paruhnya merah. Mahkota hijau. Penyebaran burung ini hanya
terdapat di P. Sulawesi. b. Status populasi Di alam populasinya
diperkirakan lebih dari 10.000 ekor, yang menghuni daerah hutan, hutan
bakau pesisir, sekitar kampung dan daerah terbuka. Burang ini dapat
hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Jenis ini dilindungi berdasarkan SK
Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/12/1979, dan dipertegas lagi dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
3. Serindit sangihe (Loriculus catamene)
Serindit sangihe merapakan burung endemik di P. Sangir yang terletak di sebelah utara Sulawesi.
a. Deskripsi dan penyebaran
Serindit sangihe berukuran kecil (13,5
cm). Tubuh didominasi warna hijau. Mahkota dan tenggorok bewarna merah.
Paruhnya hitam dan iris putili kekuningan. Burung ini endemik di P.
Sangir, di utara Sulawesi.
b Status populasi
Burung ini sudah sangat jarang dijumpai
semenjak vegetasi di habitatnya diubah jadi perkebunan kelapa. Tercatat
populasi terbesar yang pernah dijumpai sebanyak 17 ekor burung pada
tahun 1985). Burung ini dilindungiberdasarkan Peraturan Pemerintah RI
No, 7 Talum 1999.
4. Betet-kelapa punggung- biru dan kastura sulawesi (Tanygnathus sumatranus).
a. Diskripsi dan penyebaran
Tubuh didominasi warna hijau; bagian bawah dan mantel berwarna hijau
kekuningan pada jantan, dan hijau tua pada betina serta biru muda pada
tepi bulu sayap; punggung dan daerah pinggang berwarna biru; ujung ekor
berwarna hijau kekuningan pada burung jantan, paruh berwarna merah, dan
betina berwarna putih krem. Iris kuning muda. Panjang tubuh sekitar 32
cm.
Penyebaran burung ini terdapat di P. Sulawesi dan sekitarnya.
b. Anakjenis: Betet-kelapa punggung-biru mempunyai 4 anak jenis sebagai berikut.
- Tanygnathus sumatranus sumatranus (mulleri mulleri) yang tersebar di daerah Sulawesi dan sekitarnya.
- T. s. sangirensis ditandai dari pangkal sayap dan penutup kecil berwarna lebih biru, kepala lebih hijau gelap daripada badan, dan iris berwarna kuning. Penyebaran meliputi P. Sangir dan Karakelong.
- T. s. burbidgii dicirikan dari warna bulu hijau lebih tua, daerah sekitar leher lebih terang; dan iris berwarna kuning. Penyebarannya meliputi Kepulauan Sulu.
- T. s. everetti, T. s. duponti, dan T. s.freeri ditandai dengan iris berwarna merah. Burung ini tersebar di wilayah Filipina.
c. Status populasi
Habitatnya berapa hutan dataran rendah,
pinggiran hutan, perkebunan, dan persawahan sampai di ketinggian 800 m
dpl. Kastura sulawesi hidup berpasangan atau kelompok kecil. Sering kali
burung ini merupakan hama yang menyerang perkebunan jagung. Perilakunya
aktif di waktu malam. Populasi di seluruh dunia tercatat sekitar 50.000
ekor.
Akibat tekanan lingkungan maka jenis ini
dilindungi sejak tahun 1979 melalui SK Mentan No. 757/Kpts/Um/i2/i979,
dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
Sumber: Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi, karya Widyabrata Prahara, penerbit Penebar Swadaya.
PROBLEM UTAMA BURUNG PARUH BENGKOK1.Gampang rontok bulu2. Nyekukruk tidak semangat+ Gampang rontok bulu,
penyebabnya antara lain (1) Makanan mengandung lemak dan/atau kalori
tinggi sehingga membuka pori-pori kulit; (2) Bulu belum kuat sudah
banyak aktivitas; (3) Selama masa mabung tidak mendapat asupan nutrisi
yang baik, terutama mineral. Untuk masalah asupan mineral, bisa gunakan Bird Mineral selama masa mabung atau pasca mabung..
Add to Cart
0 komentar :
Posting Komentar